Diabetes Melitus: Pengertian, Jenis, Faktor Risiko, Gejala, Pencegahan, dan Komplikasi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia), yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya. Penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, termasuk DM tipe 1 yang disebabkan oleh pankreas yang tidak mampu memproduksi insulin, DM tipe 2 yang disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai dengan kerusakan pada sel pankreas, gestational DM yang terjadi selama kehamilan, dan tipe lain yang juga disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang dapat disertai dengan kerusakan pada sel pankreas.
Terdapat faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti usia di atas 40 tahun, faktor genetik, riwayat kehamilan DM, serta riwayat melahirkan anak dengan berat badan lahir di atas 4 kg atau di bawah 2.5 kg. Namun, ada juga faktor risiko yang dapat diubah, seperti kegemukan, kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diet tidak seimbang.
Gejala DM dapat dibagi menjadi gejala klasik, seperti sering buang air kecil (poliuri), cepat lapar (polifagia), dan sering haus (polidipsi), serta gejala tambahan seperti berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, kesemutan, gatal di daerah kewanitaan, bisul yang muncul dan hilang, penglihatan kabur, kelelahan, keputihan pada wanita, luka yang sulit sembuh, mudah mengantuk, dan impotensi pada pria.
Untuk mencegah DM dan komplikasinya, disarankan untuk menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan sehat dengan porsi yang cukup dari buah dan sayur, serta mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak jenuh. Selain itu, melakukan tes glukosa secara teratur, aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, mengelola stres, tidak merokok, dan menghindari konsumsi alkohol juga sangat penting.
Komplikasi yang dapat timbul akibat DM meliputi retinopati diabetik (gangguan pada mata/penglihatan), penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah), nefropati diabetik (gangguan pada ginjal), dan neuropati diabetik (gangguan pada saraf yang dapat menyebabkan luka dan amputasi pada kaki).
Untuk mencegah komplikasi DM, diperlukan pengelolaan yang baik dengan minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter atau petugas kesehatan, menjaga kadar gula darah, mengikuti pola makan sehat, beraktivitas fisik secara teratur, waspada terhadap infeksi kulit dan gangguan kulit, serta melakukan pemeriksaan mata secara teratur dan memerhatikan gejala seperti kesemutan, rasa terbakar, hilangnya sensasi, dan luka pada kaki.
Untuk skrining DM, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain pemeriksaan kadar gula darah, gula puasa, gula sewaktu, HbA1c, gula 2 jam setelah makan, glukosa urin, dan GTT. Syarat untuk pemeriksaan gula darah puasa termasuk puasa minimal 10 jam maksimal 12 jam, diperbolehkan minum air putih selama berpuasa, dan tidak disarankan melakukan aktivitas fisik terlalu berat selama berpuasa.
Kanker Leher Rahim: Pengertian, Faktor Risiko, Gejala, Pencegahan, Terapi, dan Skrining
Kanker leher rahim, juga dikenal sebagai kanker serviks, merupakan suatu keganasan yang terjadi pada jaringan leher rahim, yang merupakan bagian terendah dari leher rahim dan menonjol ke puncak liang senggama. Kanker ini dapat dibagi menjadi beberapa stadium, mulai dari stadium 1 di mana kanker hanya terjadi pada serviks, hingga stadium 4 di mana kanker sudah menyebar ke kandung kemih.
Faktor risiko untuk kanker leher rahim meliputi hubungan seksual pada usia muda, berganti-ganti pasangan, merokok aktif atau pasif, dan infeksi berulang pada alat kelamin. Gejala kanker leher rahim pada stadium dini seringkali tidak menunjukkan gejala khas, namun pada stadium lanjut dapat muncul gejala seperti nyeri panggul, haid tidak teratur, nyeri saat berhubungan seksual, pendarahan pada masa menopause, keputihan atau keluarnya cairan encer putih kekuningan bercampur darah, serta pendarahan spontan di luar masa haid.
Untuk mencegah kanker leher rahim, disarankan untuk tidak berganti-ganti pasangan seksual, tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini, menghindari terpapar asap rokok baik secara pasif maupun aktif, menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang positif, dan melakukan vaksinasi HPV.
Terapi untuk kanker leher rahim dapat meliputi operasi, terapi radiasi, kemoterapi, terapi sel target, dan imunoterapi. Untuk skrining kanker leher rahim, pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi IVA test, papsmear, biopsi, dan pemeriksaan HPV DNA menggunakan PCR.